Berikut biografi Imam Ahmad bin Hambal yang telah ditulis oleh "Abu Muqbil bin Muhammad Hasyim". Yahya bin Ma'in berkata,"Saya tidak pernah melihat orang yang seperti Imam hmad bin Hambal, saya berteman dengannya selama lima puluh tahun dan tidak pernah menjumpai dia membanggakan sedikitpun kebaikan yang ada padanya kepada kami".
Nama dan Nasab :
Kunyah beliau Abu Abdillah, namanya Ahmad bin Muhammad
bin Hambal bin Hilal bin Asad Al Marwazi Al Baghdadi. Ayah beliau seorang
komandan pasukan di Khurasan di bawah kendali Dinasti Abbasiyah. Kakeknya
mantan Gubernur Sarkhas di masa Dinasti Bani Umayyah, dan di masa Dinasti
Abbasiyah menjadi da’i yang kritis.
Kelahiran Beliau :
Beliau dilahirkan di kota Baghdad pada bulan Rabi’ul
Awwal tahun 164 Hijriyah. Beliau tumbuh besar di bawah asuhan kasih sayang
ibunya, karena bapaknya meninggal dunia saat beliau masih berumur belia, tiga
tahun. Meski beliau anak yatim, namun ibunya dengan sabar dan ulet memperhatian
pendidikannya hingga beliau menjadi anak yang sangat cinta kepada ilmu dan
ulama karena itulah beliau kerap menghadiri majlis ilmu di kota kelahirannya.
Awal mula Menuntut Ilmu
Ilmu yang pertama kali dikuasai adalah Al Qur’an
hingga beliau hafal pada usia 15 tahun, beliau juga mahir baca-tulis dengan
sempurna hingga dikenal sebagai orang yang terindah tulisannya. Lalu beliau
mulai konsentrasi belajar ilmu hadits di awal umur 15 tahun itu pula.
Keadaan fisik beliau :
Muhammad bin ‘Abbas An-Nahwi bercerita, Saya pernah
melihat Imam Ahmad bin Hambal, ternyata Badan beliau tidak terlalu tinggi juga
tidak terlalu pendek, wajahnya tampan, di jenggotnya masih ada yang hitam.
Beliau senang berpakaian tebal, berwarna putih dan bersorban serta memakai
kain.
Yang lain mengatakan, "Kulitnya berwarna coklat
(sawo matang)"
Keluarga beliau :
Beliau menikah pada umur 40 tahun dan mendapatkan
keberkahan yang melimpah. Beliau melahirkan dari istri-istrinya anak-anak yang
shalih, yang mewarisi ilmunya, seperti Abdullah dan Shalih. Bahkan keduanya
sangat banyak meriwayatkan ilmu dari bapaknya.
Kecerdasan beliau :
Kecerdasan beliau :
Putranya yang bernama Shalih mengatakan, Ayahku pernah
bercerita, "Husyaim meninggal dunia saat saya berusia dua puluh tahun,
kala itu saya telah hafal apa yang kudengar darinya".
Abdullah, putranya yang lain mengatakan, Ayahku pernah
menyuruhku, "Ambillah kitab mushannaf Waki’ mana saja yang kamu kehendaki,
lalu tanyakanlah yang kamu mau tentang matan nanti kuberitahu sanadnya, atau
sebaliknya, kamu tanya tentang sanadnya nanti kuberitahu matannya".
Abu Zur’ah pernah ditanya, "Wahai Abu Zur’ah,
siapakah yang lebih kuat hafalannya? Anda atau Imam Ahmad bin Hambal?"
Beliau menjawab, "Ahmad". Beliau masih ditanya, "Bagaimana Anda
tahu?" beliau menjawab, "Saya mendapati di bagian depan kitabnya
tidak tercantum nama-nama perawi, karena beliau hafal nama-nama perawi
tersebut, sedangkan saya tidak mampu melakukannya". Abu Zur’ah mengatakan,
"Imam Ahmad bin Hambal hafal satu juta hadits".
Pujian Ulama terhadap beliau :
Abu Ja’far mengatakan, "Ahmad bin Hambal manusia
yang sangat pemalu, sangat mulia dan sangat baik pergaulannya serta adabnya,
banyak berfikir, tidak terdengar darinya kecuali mudzakarah hadits dan menyebut
orang-orang shalih dengan penuh hormat dan tenang serta dengan ungkapan yang
indah. Bila berjumpa dengan manusia, maka ia sangat ceria dan menghadapkan
wajahnya kepadanya. Beliau sangat rendah hati terhadap guru-gurunya serta
menghormatinya".
Imam Asy-Syafi’i berkata, "Ahmad bin Hambal imam
dalam delapan hal, Imam dalam hadits, Imam dalam Fiqih, Imam dalam bahasa, Imam
dalam Al Qur’an, Imam dalam kefaqiran, Imam dalam kezuhudan, Imam dalam wara’
dan Imam dalam Sunnah".
Ibrahim Al Harbi memujinya, "Saya melihat Abu
Abdillah Ahmad bin Hambal seolah Allah gabungkan padanya ilmu orang-orang
terdahulu dan orang-orang belakangan dari berbagai disiplin ilmu".
Kezuhudannya :
Beliau memakai peci yang dijahit sendiri. Dan kadang beliau keluar ke tempat kerja membawa kampak untuk bekerja dengan tangannya. Kadang juga beliau pergi ke warung membeli seikat kayu bakar dan barang lainnya lalu membawa dengan tangannya sendiri. Al Maimuni pernah berujar, "Rumah Abu Abdillah Ahmad bin Hambal sempit dan kecil".
Beliau memakai peci yang dijahit sendiri. Dan kadang beliau keluar ke tempat kerja membawa kampak untuk bekerja dengan tangannya. Kadang juga beliau pergi ke warung membeli seikat kayu bakar dan barang lainnya lalu membawa dengan tangannya sendiri. Al Maimuni pernah berujar, "Rumah Abu Abdillah Ahmad bin Hambal sempit dan kecil".
Tekunnya dalam ibadah
Abdullah bin Ahmad berkata, "Bapakku mengerjakan
shalat dalam sehari-semalam tiga ratus raka’at, setelah beliau sakit dan tidak
mampu mengerjakan shalat seperti itu, beliau mengerjakan shalat seratus lima
puluh raka’at.
Wara’ dan menjaga harga diri
Abu Isma’il At-Tirmidzi mengatakan, "Datang
seorang lelaki membawa uang sebanyak sepuluh ribu (dirham) untuk beliau, namun
beliau menolaknya". Ada juga yang mengatakan, "Ada seseorang
memberikan lima ratus dinar kepada Imam Ahmad namun beliau tidak mau
menerimanya". Juga pernah ada yang memberi tiga ribu dinar, namun beliau
juga tidak mau menerimanya.
Tawadhu’ dengan kebaikannya :
Yahya bin Ma’in berkata, "Saya tidak pernah
melihat orang yang seperti Imam Ahmad bin Hambal, saya berteman dengannya
selama lima puluh tahun dan tidak pernah menjumpai dia membanggakan sedikitpun
kebaikan yang ada padanya kepada kami".
Beliau (Imam Ahmad) mengatakan, "Saya ingin bersembunyi di lembah Makkah hingga saya tidak dikenal, saya diuji dengan popularitas".
Beliau (Imam Ahmad) mengatakan, "Saya ingin bersembunyi di lembah Makkah hingga saya tidak dikenal, saya diuji dengan popularitas".
Al Marrudzi berkata, "Saya belum pernah melihat
orang fakir di suatu majlis yang lebih mulia kecuali di majlis Imam Ahmad,
beliau perhatian terhadap orang fakir dan agak kurang perhatiannya terhadap
ahli dunia (orang kaya), beliau bijak dan tidak tergesa-gesa terhadap orang
fakir. Beliau sangat rendah hati, begitu tinggi ketenangannya dan sangat memuka
kharismanya".
Beliau pernah bermuka masam karena ada seseorang yang
memujinya dengan mengatakan, "Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan atas
jasamu kepada Islam?" beliau mengatakan, "Jangan begitu tetapi
katakanlah, semoga Allah membalas kebaikan terhadap Islam atas jasanya kepadaku,
siapa saya dan apa (jasa) saya?!"
Sabar dalam menuntut ilmu
Tatkala beliau pulang dari tempat Abdurrazzaq yang
berada di Yaman, ada seseorang yang melihatnya di Makkah dalam keadaan sangat
letih dan capai. Lalu ia mengajak bicara, maka Imam Ahmad mengatakan, "Ini
lebih ringan dibandingkan faidah yang saya dapatkan dari Abdirrazzak".
Hati-hati dalam berfatwa :
Zakariya bin Yahya pernah bertanya kepada beliau,
"Berapa hadits yang harus dikuasai oleh seseorang hingga bisa menjadi
mufti? Apakah cukup seratus ribu hadits? Beliau menjawab, "Tidak
cukup". Hingga akhirnya ia berkata, "Apakah cukup lima ratus ribu
hadits?" beliau menjawab. "Saya harap demikian".
Kelurusan aqidahnya sebagai standar kebenaran
Ahmad bin Ibrahim Ad-Dauruqi mengatakan, "Siapa
saja yang kamu ketahui mencela Imam Ahmad maka ragukanlah agamanya".
Sufyan bin Waki’ juga berkata, "Ahmad di sisi kami adalah cobaan,
barangsiapa mencela beliau maka dia adalah orang fasik".
Masa Fitnah :
Pemahaman Jahmiyyah belum berani terang-terangan pada
masa khilafah Al Mahdi, Ar-Rasyid dan Al Amin, bahkan Ar-Rasyid pernah
mengancam akan membunuh Bisyr bin Ghiyats Al Marisi yang mengatakan bahwa Al
Qur’an adalah makhluq. Namun dia terus bersembunyi di masa khilafah Ar-Rasyid,
baru setelah beliau wafat, dia menampakkan kebid’ahannya dan menyeru manusia
kepada kesesatan ini.
Di masa khilafah Al Ma’mun, orang-orang jahmiyyah
berhasil menjadikan paham jahmiyyah sebagai ajaran resmi negara, di antara
ajarannya adalah menyatakan bahwa Al Qur’an makhluk. Lalu penguasa pun memaksa
seluruh rakyatnya untuk mengatakan bahwa Al Qur’an makhluk, terutama para
ulamanya.
Barangsiapa mau menuruti dan tunduk kepada ajaran ini,
maka dia selamat dari siksaan dan penderitaan. Bagi yang menolak dan bersikukuh
dengan mengatakan bahwa Al Qur’an Kalamullah bukan makhluk maka dia akan
mencicipi cambukan dan pukulan serta kurungan penjara.
Karena beratnya siksaan dan parahnya penderitaan
banyak ulama yang tidak kuat menahannya yang akhirnya mengucapkan apa yang
dituntut oleh penguasa zhalim meski cuma dalam lisan saja. Banyak yang
membisiki Imam Ahmad bin Hambal untuk menyembunyikan keyakinannya agar selamat
dari segala siksaan dan penderitaan, namun beliau menjawab, "Bagaimana
kalian menyikapi hadits "Sesungguhnya Khabbab, yaitu sabda Nabi Muhammad
ada yang digergajirorang-orang sebelum kalian kepalanya namun tidak
membuatnya berpaling dari agamanya". HR. Bukhari 12/281. lalu beliau
menegaskan, "Saya tidak peduli dengan kurungan penjara, penjara dan
rumahku sama saja".
Ketegaran dan ketabahan beliau dalam menghadapi cobaan yang menderanya digambarkan oleh Ishaq bin Ibrahim, "Saya belum pernah melihat seorang yang masuk ke penguasa lebih tegar dari Imam Ahmad bin Hambal, kami saat itu di mata penguasa hanya seperti lalat".
Ketegaran dan ketabahan beliau dalam menghadapi cobaan yang menderanya digambarkan oleh Ishaq bin Ibrahim, "Saya belum pernah melihat seorang yang masuk ke penguasa lebih tegar dari Imam Ahmad bin Hambal, kami saat itu di mata penguasa hanya seperti lalat".
Di saat menghadapi terpaan fitnah yang sangat dahsyat
dan deraan siksaan yang luar biasa, beliau masih berpikir jernih dan tidak
emosi, tetap mengambil pelajaran meski datang dari orang yang lebih rendah
ilmunya. Beliau mengatakan, "Semenjak terjadinya fitnah saya belum pernah
mendengar suatu kalimat yang lebih mengesankan dari kalimat yang diucapkan oleh
seorang Arab Badui kepadaku, "Wahai Ahmad, jika anda terbunuh karena
kebenaran maka anda mati syahid, dan jika anda selamat maka anda hidup mulia".
Maka hatiku bertambah kuat".
Ahli hadits sekaligus juga Ahli Fiqih
Ibnu ‘Aqil berkata, "Saya pernah mendengar hal
yang sangat aneh dari orang-orang bodoh yang mengatakan, "Ahmad bukan ahli
fiqih, tetapi hanya ahli hadits saja. Ini adalah puncaknya kebodohan, karena
Imam Ahmad memiliki pendapat-pendapat yang didasarkan pada hadits yang tidak
diketahui oleh kebanyakan manusia, bahkan beliau lebih unggul dari
seniornya".
Bahkan Imam Adz-Dzahabi berkata, "Demi Allah,
beliau dalam fiqih sampai derajat Laits, Malik dan Asy-Syafi’i serta Abu Yusuf.
Dalam zuhud dan wara’ beliau menyamai Fudhail dan Ibrahim bin Adham, dalam
hafalan beliau setara dengan Syu’bah, Yahya Al Qaththan dan Ibnul Madini.
Tetapi orang bodoh tidak mengetahui kadar dirinya, bagaimana mungkin dia mengetahui
kadar orang lain!!
Guru-guru Beliau
Imam Ahmad bin Hambal berguru kepada banyak ulama,
jumlahnya lebih dari dua ratus delapan puluh yang tersebar di berbagai negeri,
seperti di Makkah, Kufah, Bashrah, Baghdad, Yaman dan negeri lainnya. Di antara
mereka adalah:
1. Ismail bin Ja’far
2.
Abbad
bin Abbad Al-Ataky
3.
Umari
bin Abdillah bin Khalid
4.
Husyaim
bin Basyir bin Qasim bin Dinar As-Sulami
5.
ImamAsy-Syafi’i.
6.
Waki’
bin Jarrah.
7.
Ismail
bin Ulayyah.
8.
Sufyan
bin ‘Uyainah
9.
Abdurrazaq
10. Ibrahim bin Ma’qil.
Murid-murid Beliau :
Umumnya ahli hadits pernah belajar kepada imam Ahmad bin Hambal, dan belajar kepadanya juga ulama yang pernah menjadi gurunya, yang paling menonjol adalah :
1. Imam Bukhari.
2. Muslim
3. Abu Daud
4. Nasai
5. Tirmidzi
6. Ibnu Majah
7. Imam Asy-Syafi’i. Imam Ahmad juga pernah berguru kepadanya.
8. Putranya, Shalih bin Imam Ahmad bin Hambal
9. Putranya, Abdullah bin Imam Ahmad bin Hambal
10. Keponakannya, Hambal bin Ishaq
11. dan lain-lainnya.
Wafat beliau :
Setelah sakit sembilan hari, beliau Rahimahullah menghembuskan nafas terakhirnya di pagi hari Jum’at bertepatan dengan tanggal dua belas Rabi’ul Awwal 241 H pada umur 77 tahun. Jenazah beliau dihadiri delapan ratus ribu pelayat lelaki dan enam puluh ribu pelayat perempuan.
Karya beliau sangat banyak, di antaranya :
1. Kitab Al Musnad, karya yang paling menakjubkan karena kitab ini memuat lebih dari dua puluh tujuh ribu hadits.
2. Kitab At-Tafsir, namun Adz-Dzahabi mengatakan, "Kitab ini hilang".
3. Kitab Az-Zuhud
4. Kitab Fadhail Ahlil Bait
5. Kitab Jawabatul Qur’an
6. Kitab Al Imaan
7. Kitab Ar-Radd ‘alal Jahmiyyah
8. Kitab Al Asyribah
9. Kitab Al Faraidh
Murid-murid Beliau :
Umumnya ahli hadits pernah belajar kepada imam Ahmad bin Hambal, dan belajar kepadanya juga ulama yang pernah menjadi gurunya, yang paling menonjol adalah :
1. Imam Bukhari.
2. Muslim
3. Abu Daud
4. Nasai
5. Tirmidzi
6. Ibnu Majah
7. Imam Asy-Syafi’i. Imam Ahmad juga pernah berguru kepadanya.
8. Putranya, Shalih bin Imam Ahmad bin Hambal
9. Putranya, Abdullah bin Imam Ahmad bin Hambal
10. Keponakannya, Hambal bin Ishaq
11. dan lain-lainnya.
Wafat beliau :
Setelah sakit sembilan hari, beliau Rahimahullah menghembuskan nafas terakhirnya di pagi hari Jum’at bertepatan dengan tanggal dua belas Rabi’ul Awwal 241 H pada umur 77 tahun. Jenazah beliau dihadiri delapan ratus ribu pelayat lelaki dan enam puluh ribu pelayat perempuan.
Karya beliau sangat banyak, di antaranya :
1. Kitab Al Musnad, karya yang paling menakjubkan karena kitab ini memuat lebih dari dua puluh tujuh ribu hadits.
2. Kitab At-Tafsir, namun Adz-Dzahabi mengatakan, "Kitab ini hilang".
3. Kitab Az-Zuhud
4. Kitab Fadhail Ahlil Bait
5. Kitab Jawabatul Qur’an
6. Kitab Al Imaan
7. Kitab Ar-Radd ‘alal Jahmiyyah
8. Kitab Al Asyribah
9. Kitab Al Faraidh
Terlalu sempit lembaran kertas untuk menampung indahnya kehidupan sang Imam. Sungguh sangat terbatas ungkapan dan uraian untuk bisa memaparkan kilauan cahaya yang memancar dari kemulian jiwanya. Perjalanan hidup orang yang meneladai panutan manusia dengan sempurna, cukuplah itu sebagai cermin bagi kita, yang sering membanggakannya namun jauh darinya.
Dikumpulkan dan diterjemahkan dari kitab Siyar A’lamun Nubala
Karya Al Imam Adz-Dzahabi Rahimahullah
Sumber: Majalah As Salam
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar