Keutamaan Bacaan Tahlil Sepuluh Kali Seusai Shubuh dan
Ashar. Tulisan ini diambil dari Kitab Ash-Shahihah karya
Syaikh Muhammad Nasiruddin Al-Albani.
Semoga Tulisan ini bermanfaat.
١١٣ - مَنْ قَالَ لاَ إِلٰهَ
إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ
عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ بَعْدَ مَا يُصَلِّي الْغَدَاتِ عَشْرَ مَرَّاتٍ
كَتَبَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ وَمُحِا عَنْهُ عَشْرُ
سَيِّئَاتٍ وَرُفِعَ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ وَكُنَّ لَهُ بِعَدْلِ عِتْقِ
رَقَبَتَيْنِ مِنْ وَلَدِ اِسْمَاعِيْلَ فَإِنْ قَالَهَا حِيْنَ يَمْسِي كَانَ
لَهُ مِثْلَ ذٰلِكَ وَكُنَّ لَهُ حِجَابًا مِنَ الشَّيْطَانِ حَتىّٰ يُصْبِحَ .
“Barangsiapa mengucapkan Laa ilaha illa Allahu wahdahu
laa syarika lahu lahul mulku walahul hamdu wahuwa ala kulli syai’in qadir
(tidak ada Tuhan selain Allah, Esa Dia Tiada sekutu bagi-Nya bagi-Nya kerajaan
dan bagi-Nya puji-pujian dan Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu) setelah
shalat subuh sepuluh kali, maka Allah Azza wa Jalla menulis untukmu sepuluh
kebaikan, menghapuskan sepuluh keburukan darinya mengangkat sepuluh derajat.
Dan kalimat-kalimat itu baginya sebandning memerdekakan dua orang hamba sayaha
dari anak Ismail. Jika dia mengucapkannya ketika sore, maka untuknya pula
(balasan) seperti itu, dan kalimat-kalimat itu baginya menjadi penghalang dari
syethan hingga pagi.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Hasan bin Arafah dalam Juz-nya
(5/1): “Telah bercerita kepadaku Qiran bin Taman Al-Asasi, dari Suhail bin Abi
Shalih dari ayahnya dari Abi Hurairah secara marfu’.
Juga dari jalur Ibnu Arafah, dimana Al-Khathib
meriwayatkannya dalam Tarikh-nya (12/389-472).
Saya berpendapat: Hadits ini shahih sanadnya, para
perawinya tsiqah dan merupakan perawi-perawi yang dipakai oleh Imam Muslim,
kecuali Qiran, akan tetapi ia pun tsiqah.
Hadits ini juga mempunyai syahid (hadits
pendukung) dari hadits Abi Ayub Al-Anshari dengan lafazh “مَنْ قَالَ إِِذَا
أَصْبحَ... “
“Barangsiapa membaca manakala telah shalat subuh”, kemudian
dia menyebutkan haditsnya secara sempurna.”
Hanya saja ia berkata ( أَربَعُ رِقَابٍ ) yang berarti “empat hamba sahaya” dan berkata, “Dan manakal dia
membaca kalimat seperti itu setelah magrib”.
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad (5/415), dari
jalur Muhammad bin Ishak dari Yazid bin Yazid Ibnu Jabir, dari Al-Qasim bin
Mukhairmirah dari Abdullah bin Ya’isy dari Abi Hurairah.
Saya berpendapat: Para perawinya adalah tsiqah, keculi
Ibnu Ya’isy. Tidak ada yang menganggapnya tisqah kecuali Ibnu Hibban, disamping
itu juga tidak ada yang meriwayatkan darinya selain Al-Qasim tersebut.
Al-Hasani menilainya majhul (tidak dikenal).
Akan tetapi Al-Mundziri dalam At-Targhib (1/167) menyandarkan hadits itu kepada Ahmad,
An-Nasa’i dan Ibnu Hibban dalam Shahih-nya. Hal ini menunjukkan bahwa
hadits itu, menurut An-Nasa’i tidak melalui jalan Ibnu Ya’isy, karena ia perawi (yang dipakai) oleh An-Nasa’i.
Dan Sungguh Abu Rahm As-Sam’i menguatkannya dengan hadits
dari Abu Ayub dengan lafazh:
١١٤ - مَنْ
قَالَ حِيْنَ يُصْبِحُ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ
وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ عَشْرَ
مَرَّاتٍ كَتَبَ اللهُ لَهُ بِكُلَّ وَاحِدَةٍ قَالَهَا عَشْرَ حَسَنَاتٍ وَحَطَّ
اللهُ عَنْهُ عَشْرَ سَيَّئَاتٍ وَرَفَعَهُ اللهُ بِهَا عَشْرَ دَرَجَاتٍ وَكُنَّ
لَهُ كَعَشْرِ ِرقَابٍ وَكُنَّ لَهُ مَسْلَحَةً مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ إِلَى
آخِرِهِ وَلَمْ يَعْمَلْ يَوْمَئِذٍ عَمَلاً يَقْهَرُهُنَّ فَإِنَّ قَالَ حِيْنَ
يَمْسِي فَمِثْلُ ذٰلِكَ . ( صحيح ) _
“Barang siapa membaca ketika pagi Laa ilaha illa
Allahu wahdahu laa syarika lahu lahul mulku walahul hamdu yuhyi wayumiytu
wahuwa ala kulli syai’in qadir (tidak ada Tuhan selain Allah Dia Esa tidak ada
sekgutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya puji-pujian. Dia menghidupkan
dan mematikan dan dan berkuasa atas segala sesuatu), sepuluh kali, maka Allah
mencatat untuknya, setiap satu kali ia membacanya, sepuluh kebaikan, Allah
menghapuskan darinya sepuluh keburukan, Allah mengangkatnya dengan bacaan itu
sepuluh derajat. Kalimat itu baginya seperti (memerdekakan) sepuluh hamba
sahaya dan ia merupakan senjata baginya dari dini hari sampai akhir menjelang
sore. Lalu jika dia membaca ketika sore, maka seperti itu juga keadannya.”
Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Ahmad (5/420): “Telah
bercerita kepadaku Abu Al-Yaman: “Telah bercerita kepadaku Ismail bin Iyasy
dari Shafwan bin Amr, dari Khalid bin Ma’dan, dari Abi Rahm.
Saya berpendapat: Sanad ini shahih. Semua perwainya
tsiqah. Sedangkan Ibnu Iyasy hanya lemah riwayatnya bila datang dari selain
orang-orang Syam (Siria). Adapun jika dari orang-orang Syam maka shahih,
sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Bukhari dan lainnya, sedang hadits ini juga
termasuk dari orang-orang Syam tersebut. Adapun Shafwan adalah termasuk dari
mereka yang tsiqah.
Dalam riwayat ini ada faedah yang bagus. Yakni berupa
tambahan ( يُحْيِى وَيُمِيْتُ
) “Dia menghidupkan dan
mematikan”. Kalimat ini tidak terdapat dalam hadits lain. Dan saya telah
meriwayatkannya dari hadits Abi Dzar. Dan Imarah bin Syahib, yang dinilai hasan
oleh At-Tirmidzi. Sedangkan sanad keduanya adalah lemah, seperti yang telah
saya jelaskan dalam At-Ta’liqur Raghib Alat-Targhib Wat-Tarhib.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar