Assalamu’alaikum
Pada kesempatan ini saya coba menghadirkan tulisan
tentang Dimana Allah.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz ditanya : Dalam sebuah siaran radio ditampilkan kisah dengan menggunakan kata-kata: “Seorang anak bertanya tentang Allah kepada ayahnya, maka sang ayah menjawab: “Allah itu ada dimana-mana.” Bagaimana pandangan hukum agama terhadap jawaban yang menggunakan kalimat semacam ini?
Syaikh Abdul Aziz bin Baz ditanya : Dalam sebuah siaran radio ditampilkan kisah dengan menggunakan kata-kata: “Seorang anak bertanya tentang Allah kepada ayahnya, maka sang ayah menjawab: “Allah itu ada dimana-mana.” Bagaimana pandangan hukum agama terhadap jawaban yang menggunakan kalimat semacam ini?
Jawaban.
JAWABAN INI BATIL, merupakan perkataan golongan bid’ah dari aliran Jahmiyah dan Mu’tazilah serta aliran lain yang sejaan dengan mereka. Jawaban yang benar adalah yang di-ikuti oleh Ahli Sunnah wal Jama’ah, yaitu Allah itu ada di langit diatas Arsy, diatas semua mahlukNya. Akan tetapi ilmuNya ada dimana-mana (meliputi segala sesuatu).Hal ini sebagaimana disebutkan didalam beberapa ayat Al Quran, hadits-hadits Nabi Shalallahu alaihi wa sallam, ijma’ dari pendahulu umat ini. Sebagaimana contoh adalah firman Allah:
JAWABAN INI BATIL, merupakan perkataan golongan bid’ah dari aliran Jahmiyah dan Mu’tazilah serta aliran lain yang sejaan dengan mereka. Jawaban yang benar adalah yang di-ikuti oleh Ahli Sunnah wal Jama’ah, yaitu Allah itu ada di langit diatas Arsy, diatas semua mahlukNya. Akan tetapi ilmuNya ada dimana-mana (meliputi segala sesuatu).Hal ini sebagaimana disebutkan didalam beberapa ayat Al Quran, hadits-hadits Nabi Shalallahu alaihi wa sallam, ijma’ dari pendahulu umat ini. Sebagaimana contoh adalah firman Allah:
"Artinya : Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah
yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di
atas Arasy [Surat Al A’raf:54]
Didalam Al Quran ayat ini tersebut pada 6 tempat. Yang
dimaksud dengan 'bersemayam" menurut Ahli Sunnah ialah pada ketinggian
atau berada diatas Arsy sesuai dengan keagungan Allah.Tidak ada yang dapat
mengetahui BAGAIMANA bersemayamnya itu,seperti dikatakan oleh Imam Malik ketika
beliau ditanya orang tentang hal ini. Beliau menjawab:
"Kata bersemayam itu telah kita pahami.Akan
tetapi ,bagaimana caranya tidak kita ketahui.Mengimana hal ini adalah wajib, tetapi
mempersoalkannya adalah bid’ah.
Yang beliau maksudkan dengan mempersoalkannya adalah
bid’ah yakni mempersoalkan cara Allah bersemayam diatas Arsy. Pengertian ini
beliau peroleh dari gurunya ,Syaikh Rabi’ah bin Abdurrahman yang bersumber dari
riawayat Ummu Salamah radhiallahu anha. Hal ini merupakan pendapat semua Ahli
Sunnah yang bersumber dari shahabat Nabi Shalallahu alaihi wa sallam dan para
tokoh Islam sesudahnya. Allah telah menerangkan pada beberapa ayat lainnya
bahwa Dia dilangit dan Dia berada diatas, seperti dalam firmanNya:
"Artinya : Kepada-Nya lah naik
perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya" [Surat
Faathir:10]
"Artinya : Dan Allah tidak merasa berat
memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar" [Al
Baqarah:255]
"Artinya : Apakah kamu merasa aman terhadap Allah
yang di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga
dengan tiba-tiba bumi itu berguncang?, Atau apakah kamu merasa aman terhadap
Allah yang di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak
kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku" [Surat
Al Mulk:16-17]
Banyak ayat-ayat Al Quran yang dengan jelas memuat
penegasan bahwa Allah itu ada di langit, Dia berada diatas. Hal ini sejalan
dengan apa yang dimaksud oleh ayat-ayat yang menggunakan kata-kata bersamayam. Dengan
demikian dapatlah diketahui perkataan ahlu bid’ah : “Allah itu berada
dimana-mana”. merupakan hal yang sangat batil. Perkataan ini
merupakan pernyataan firqoh yang beranggapan bahwa alam ini penjelmaan Allah, suatu
aliran bid’ah lagi sesat, bahkan aliran kafir lagi sesat serta mendustakan
Allah dan RasulNya Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam. Dikatakan demikian
karena dalam riwayat yang sah dari beliau Shalallahu alaihi wa sallam
dinyatakan bahwa Allah ada dilangit, sebagaimana sabda beliau Shalallahu alaihi
wa sallam:
Artinya : Tidakkah kalian mau percaya kepadaku padahal
aku adalah kepercayaan dari Tuhan yang ada di langit. [Bukhari no.4351 kitabul
Maghazi ;Muslim no.1064 Kitabuz Zakat]
Hal ini juga disebutkan pada hadits-hadits (tentang)
Israâ Mi’raj, dan lain-lain.
[Majallatuud Dakwah no.1288]
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Juga pernah ditanya mengenai hal diatas. Berikut pertanyaan serta jawabannya dengan lengkap.
Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Bagaimana pandangan hukum terhadap jawaban sebagian orang: “Allah berada dimana-mana”, bila ditanya :”Dimana Allah?” Apakah jawaban seperti ini sepenuhnya benar?
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Bagaimana pandangan hukum terhadap jawaban sebagian orang: “Allah berada dimana-mana”, bila ditanya :”Dimana Allah?” Apakah jawaban seperti ini sepenuhnya benar?
Jawaban.
Jawaban seperti ini sepenuhnya batil. Apabila seseorang ditanya :Allah dimana? hendaklah ia menjawab:Di langit, seperti dikemukakan oleh seorang (budak) perempuan yang ditanya oleh Nabi Shalallahu alaihi wa sallam : Dimana Allah? jawabnya: Di langit.
Jawaban seperti ini sepenuhnya batil. Apabila seseorang ditanya :Allah dimana? hendaklah ia menjawab:Di langit, seperti dikemukakan oleh seorang (budak) perempuan yang ditanya oleh Nabi Shalallahu alaihi wa sallam : Dimana Allah? jawabnya: Di langit.
Adapun orang yang menjawab dengan kata-kata: Allah
itu ada, maka jawaban ini sangat samar dan menyesatkan.Orang yang mengatakan
bahwa Allah itu ada dimana-mana dengan pengertian dzat Allah ada dimana-mana
,adalah kafir karena ia telah mendustakan keterangan-keterangan agama,bahwa
dalil-dalil wahyu dan akal serta fitrah. Allah berada diatas segala mahluk. Dia
berada diatas semua langit, bersemayam diatas Arsy.
[Majmu’ Fatawaa wa Rasaail, juz 1 halaman 132-133]
[Disalin dari kitab Al Fatawaa Asy Syar’iyyah Fil
Masaail Al ‘Ashriyyah min Fatawaa Ulama’ Al Balaadil Haraami, Edisi Indonesia:
Fatwa Kontenporer Ulama Besar Tanah Suci, Penyusun Khalid al Juraisy, Penerbit
:Media Hidayah, Cet.1 September 2003]
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar