Pada
Kesempatan ini,, saya coba menghadirkan tulisan tentang Hukum Perayaan Tahun
Baru Masehi.
Oleh
Al-Lajnah Ad-Da'imah Lil Buhuts Al-Ilmiah wal Ifta
Bagian Pertama dari Tiga Tulisan 1/3
Pertanyaannya, wahai Syaikh yang mulia. Sesungguhnya sebagian mereka yang menisbatkan diri sebagai orang Islam telah juga menunjukkan perhatiannya terhadap hal ini dan menganggapnya sebagai momentum bahagia sehingga mengaitkan hal itu dengan pernikahan, pekerjaan mereka atau memajang/menempelkan pengumuman tentang hal itu di altar-altar perdagangan atau perusahaan mereka dan lain sebagainya yang menimbulkan dampak negatif bagi seorang Muslim.
Dalam hal
ini, apakah hukum mengangungkan momentum seperti itu dan menyambutnya serta
saling mengucapkan selamat karenanya, baik secara lisan, melalui kartu
khusus yang dicetak dan lain sebagainya, menurut syari'at Islam ? Semoga
Allah memberikan ganjaran pahala kepada anda atas amal shalih terhadap Islam
dan kaum Muslimin dengan sebaik-baik ganjaran.
Sebagian kaum Muslimin telah terpengaruh dengan promosi ini sehingga mereka nampak mempersiapkan segala sesuatunya untuk hal itu, dan di antara mereka ada yang mengumumkan potongan harga (diskon) atas barang dagangannnya spesial buat momentum ini. Kiranya, dikhawatirkan kelak hal ini berkembang menjadi aqidah kaum Muslimin di dalam ber-wala' (loyal) terhadap orang-orang non Muslim.
Sebagian kaum Muslimin telah terpengaruh dengan promosi ini sehingga mereka nampak mempersiapkan segala sesuatunya untuk hal itu, dan di antara mereka ada yang mengumumkan potongan harga (diskon) atas barang dagangannnya spesial buat momentum ini. Kiranya, dikhawatirkan kelak hal ini berkembang menjadi aqidah kaum Muslimin di dalam ber-wala' (loyal) terhadap orang-orang non Muslim.
Kami
berharap mendapatkan penjelasan anda seputar hukum keikutsertaan kaum Muslimin
dalam momentum-momentum kaum kafir, mempromosikan hal itu dan menyambutnya.
Demikian juga hukum menon-aktifkan kegiatan kerja oleh sebagian lembaga dari
perusahaan berkenaan dengan hal itu.
Apakah
melakukan sesuatu dari hal-hal tersebut dan semisalnya atau rela terhadapnya mempengaruhi
aqidah seorang Muslim ?
Jawaban.
Sesungguhnya nikmat yang paling besar yang dianugrahkan oleh Allah kepada para hambaNya adalah nikmat Islam dan hidayah kepada jalanNya yang lurus. Di antara rahmatNya pula, Allah Ta'ala mewajibkan kepada para hambaNya, kaum Mukminin, agar memohon hidayahNya di dalam shalat-shalat mereka. Mereka memohon kepadaNya agar mendapatkan hidayah ke jalan yang lurus dan mantap di atasnya. Dalam hal ini, Allah Ta'ala telah memberikan spesifikasi jalan (shirath) ini sebagai jalan para Nabi, Ash-Shiddiqin, Syuhada dan orang-orang shalih yang Dia anugrahkan nikmatNya kepada mereka. Jadi, bukan jalan orang-orang yahudi, nashrani dan seluruh orang-orang kafir dan musyrik yang menyimpang darinya.
Sesungguhnya nikmat yang paling besar yang dianugrahkan oleh Allah kepada para hambaNya adalah nikmat Islam dan hidayah kepada jalanNya yang lurus. Di antara rahmatNya pula, Allah Ta'ala mewajibkan kepada para hambaNya, kaum Mukminin, agar memohon hidayahNya di dalam shalat-shalat mereka. Mereka memohon kepadaNya agar mendapatkan hidayah ke jalan yang lurus dan mantap di atasnya. Dalam hal ini, Allah Ta'ala telah memberikan spesifikasi jalan (shirath) ini sebagai jalan para Nabi, Ash-Shiddiqin, Syuhada dan orang-orang shalih yang Dia anugrahkan nikmatNya kepada mereka. Jadi, bukan jalan orang-orang yahudi, nashrani dan seluruh orang-orang kafir dan musyrik yang menyimpang darinya.
Bila hal ini
sudah diketahui, maka adalah wajib bagi seorang Muslim untuk mengenal kadar
nikmat Allah kepadanya sehingga dengan itu, dia mau bersyukur kepadaNya melalui
ucapan, perbuatan dan keyakinan. Dalam pada itu, dia juga akan menjaga nikmat
ini dan membentenginya serta melakukan sebab-sebab yang dapat menjaga hilangnnya
nikmat tersebut.
Bagi orang
yang diberikan bashiroh (pemahaman mendalam) terhadap Dienullah di saat kondisi
dunia dewasa ini yang diselimuti oleh pencampuradukan antara al-haq dan
kebatilan pada kebanyakan orang, dia akan mengetahui dengan jelas upaya
keras yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam untuk menghapus
kebenarannya dan memadamkan cahayanya, upaya menjauhkan kaum Muslimin darinya
serta memutuskan kontak mereka dengannya melalui berbagai sarana yang
memungkinkan. Belum lagi, upaya memperburuk citra Islam dan melabelkan tuhudan
dan kebohongan-kebohongan terhadanya guna menghadang seluruh manusia dari jalan
Allah dan dari beriman kepada wahyu yang diturunkan kepada RasulNya, Muhammad
bin Abdullah. Pembenaran statement ini dibuktikan oleh firman-firman Allah
Ta'ala.
"Artinya
: Sebagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu
kepada kekafiran setelah kami beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri
mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran" [Al-Baqarah : 109]
"Artinya
: Segolongan dari ahli kitab ingin menyesatkan kamu, padahal mereka
(sebenarnya) tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak
menyadarinya" [Ali-Imran : 69]
"Artinya
: Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mentaati orang-orang yang kafir itu,
niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah
kamu orang-orang yang rugi" [Ali-Imran : 149]
"Artinya
: Katakanlah, Hai ahli kitab, mengapa kamu menghalang-halangi dari jalan Allah
orang-orang yang telah beriman, kamu menghendakinya menjadi bengkok, padahal
kamu menyaksikan, "Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu
kerjakan" [Ali Imran : 99]
Dan
ayat-ayat lainnya. Akan tetapi meskipun demikian, Allah Ta'ala telah berjanji
untuk mejaga dienNya dan kitabNya, dalam firmanNya.
"Artinya
: Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya" [Al-Hijr : 9]
Segala puji
bagi Allah dengan pujian yang banyak. Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberitakan bahwa akan selalu muncul suatu
golongan dari umatnya yang berjalan di atas al-haq, tidak membahayakan mereka
orang yang menghinakan mereka ataupun menentang mereka hingga terjadi hari
Kiamat. Segala puji bagi Allah pujian yang banyak dan kita memohon kepadaNya
Yang Maha Dekat dan Mengabulkan Permohonan agar menjadikan kita dan
saudara-saudara kita kaum Muslimin termasuk dari golongan tersebut,
sesungguhnya Dia Maha Pemurah lagi Maha Mulia.
[Disalin
dari buku Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama
Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini, Darul Haq]
Silahkan Baca Sambungannya DISINI Hukum Perayaan Tahun Baru Masehi Bag.2
Silahkan Baca Sambungannya DISINI Hukum Perayaan Tahun Baru Masehi Bag.2
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar